1. Motivasi
Pengertian Motivasi
Menurut Manullang
(1980) motivasi kerja adalah suatu faktor yang mendorong karyawan untuk
melakukan tindakan tertentu yang mengarah pada suatu tujuan tertentu. Proses
timbulnya motivasi dimana orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannnya
yang tidak terpenuhi, menyebabkan orang akan mencari jalan untuk mengurangi
ketegangan yang disebabkan oleh kekurangan-kekurangannya. (Suwarto, 1991).
Menurut As’ad
(1987) motivasi adalah keinginan seseorang yangmendorong untuk beraktivitas
karena berharap akan membawa pada keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan
sekarang. Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja keras demi
tercapainya tujuan yang diinginkan serta menggunakan keahlian dan kemampuan
yang dimiliki untuk mencapainya (Mc. Clelland dalam Gibson,dkk:1990).
Motivasi kerja
merupakan pemberian gaya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang
bekerja agar efektif dan terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai
kepuasan (Winardi:2000). Motivasi dapat mempengaruhi dalam melakukan sesuatu
yang diinginkan atau melaksanakan tugas sesuai aturannya (Martoyo:2004).
Pengembangan
karir sangat dibutuhkan, baik oleh individu maupun organisasi karena
pengembangan karir yang sudah ada dapat membawa asil yang memuaskan. Individu
yang memiliki kesempatan akan Pengembangan karir akan cenderung melakukan
pekerjaan dengan senang ati, tanpa beban dan sungguh-sungguh, yang pada
gilirannya memotivasi kerja individu yang bersangkutan. Motivasi bukanlah suatu
yang dapat diamati dan diukur secara langsung, tetapi dapat disimpulkan dari
perilaku yang tampak. Sedangkan menurut T. R. Mitchell (1982) seperti dikutip
Kreiner dan Kinicki (2000), motivasi adalah proses-proses psikologis yang
meningkatkan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan.
Jadi Motivasi
adalah suatu proses untuk mempengaruhi atau mendorong seseorang agar melakukan
sesuatu yang diingikan berdasarkan harapan sehingga sesuatu pekerjaan dapat
terselesaikan secara efektif dan efisien.
Dari definisi
diatas, maka motivasi dapat didefinisikan sebagai masalah yang sangat penting
dalam setiap usaha kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
organisasi, masalah motivasi dapat dianggap simpel karena pada dasarnya manusia
mudah dimotivasi, dengan memberikan apa yang diinginkannya. Masalah motivasi,
dianggap kompleks, karena sesuatu dianggap penting bagi orang tertentu.
Faktor-faktor yang menimbulkan
motivasi kerja (Yuliasari:2005) :
1.
Dorongan material (misal: uang,
barang)
2.
Kesempatan untuk mendapatkan
kehormatan (misal: prektise, upah,
3.
imbalan dan kuasa perorangan)
4.
Syarat-syarat pekerjaan yang
diinginkan (misal: lingkungan bersih dan tenang)
5.
Kebanggaan akan pekerjaan (baik
untuk keluarga maupun orang lain)
6.
Kesenangan individu dalam
hubungan sosial dan organisasi Karyawan turut serta dalam sebagian
kegiatan-kegiatan yang penting dalam perusahaan.
Adapun model motivasi dibagi menjadi
tiga yaitu:
Model Tradisional
Menurut Fredyck Taylor, bahwa para menajer mendorong atau memotivasi para
pekerja agar lebih banyak berproduksi dengan cara memberikan imbalan berupa
upah atau gaji yang semakin meningkat.
Model Hubungan
Manusia Elton Mayo dan peneliti hubungan manuasi lainnya bahwa kontrakkontrak
sosial atau hubungan kemanusiaan dengan karyawan
Model Sumber Daya
Manusia Bahwa para pekerja termotivasi oleh banyak faktor, tidak hanya uang
atau keinginan untuk berprestasi dan mendapat pekerjaan yang berarti.
Teori Kepuasan
Teori ini
memusatkan pada faktor-faktor didalam individu yang mendorong, mengarahkan,
mempertahankan dan menghentikan perilaku. Mereka mencoba untuk menentukan
kebutuhan-kebutuhan spesifik yang memotivasi orang. Terori ini memusatkan diri
pada kebutuhan individu didalam menjelaskan kepuasan kerja, perilaku kerja dan
sistem imbalan. Teori ini menyatakan, bahwa defisiensi kebutuhan didalam diri
individu memacu suatu respon perilaku.
Prestasi Kerja
Manusia sebagai
karyawan yang menjadi sumber daya manajemen yang sangat penting harus dapat
dimanfaatkan secara cermat, efektif dan utuh. Oleh karena itu, perusahaan mengupayakan
agar tenaga kerja yang ada dapat bekerja sesuai dengan bidang dan keahliannya.
Suatu perusahaan akan berjalan lancar apabila para karyawan ikut serta dalam
meningkatkan perusahaan dan tentunya perusahaan akan berusaha memberikan atau
memenuhi kebutuhan para karyawan yang ikut serta memajukan perusahaan.
Penjelasan mengenai konsep motivasi
manusia menurut Abraham Maslow mengacu pada lima kebutuhan pokok yang disusun
secara hirarkis, yaitu:
a. Kebutuhan
Fisiologis (Physiological Needs)
Merupakan
kebutuhan pada tingkat yang paling bawah. Kebutuhan ini merupakan salah satu
dorongan yang kuat pada diri manusia, karena merupakan kebutuhan untuk
mempertahankan hidupnya. Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal
pokok, sandang, pangan dan papan. Bagi karyawan, kebutuhan akan gaji, uang
lembur, perangsang, hadiah-hadiah dan fasilitas lainnya seperti rumah,
kendaraan dll. menjadi motif dasar dari seseorang mau bekerja efektif dan dapat
memberikan produktivitas yang tinggi bagi organisasi.
b.
Kebutuhan akan Rasa Aman (Security Needs)
Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan tingkat kedua. Seseorang mempunyai harapan untuk dapat
memenuhi standar hidup yang dianggapnya wajar. Kebutuhan ini mengarah kepada
rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya,
jabatan-nya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai karyawan. Dia dapat
bekerja dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan
formal atas kedudukan dan wewenangnya.
c.
Kebutuhan Sosial (Social Needs)
Kebutuhan sosial
ini sering juga disebut kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, atau kebutuhan
untuk menjadi bagian dari kelompok tertentu. Kebutuhan akan diikutsertakan,
mening-katkan relasi dengan pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa
kebersamaan termasuk adanya sense of belonging dalam organisasi.
d. Kebutuhan akan
Harga Diri atau Martabat (Esteem Needs)
Kebutuhan pada
tingkat keempat adalah kebutuhan akan harga diri atau martabat. Termasuk juga
kebutuhan akan status dan penghargaan. Kebutuhan akan kedudukan dan promosi
dibidang kepegawaian. Seseorang mempunyai kecenderungan untuk dipandang bahwa
mereka adalah penting, bahwa apa yang mereka lakukan ada artinya, bahwa mereka
mempunyai kontribusi pada lingkungan sekitarnya.
e. Kebutuhan untuk Mewujudkan Diri (Self Actualization
Needs)
Kebutuhan ini merupakan tingkat kebutuhan yang paling
tinggi. Kebutuhan ini antara lain perasaan bahwa pekerjaan yang dilakukannya
adalah penting, dan ada keberhasilan atau prestasi yang ingin dicapai. Setiap
orang ingin mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini merupakan
kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan (kebolehannya) dan seringkali
nampak pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang.
Dalam motivasi kerja pada tingkat ini diperlukan kemampuan manajemen untuk
dapat mensinkronisasikan antara cita diri dan cita organisasi untuk dapat
melahirkan hasil produktivitas organisasi yang lebih tinggi.
Menurut Maslow (1943), kebutuhan-kebutuhan manusia
tersebut muncul dalam hirarki yang berbeda. Teori Maslow secara mutlak
menunjukkan perwujudan diri sebagai pemenuhan (pemuasan) kebutuhan yang
bercirikan pertumbuhan dan pengembangan individu. Perilaku yang ditimbulkannya
dapat dimotivasikan oleh manajer dan diarahkan sebagai subjek-subjek yang
berperan. Dorongan yang dirangsang ataupun tidak, harus tumbuh sebagai subjek
yang memenuhi kebutuhannya masing-masing yang harus dicapainya dan sekaligus
selaku subjek yang mencapai hasil untuk sasaran-sasaran organisasi.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis)
dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya
dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya
dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat
klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan
intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena
manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu
tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologikal, mental,
intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula
untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia
dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan,
bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan tersebut terutama diarahkan
pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah
hierarki dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak
tangga.
Logikanya ialah
bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama,
kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan
kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan
tingkat kedua, dalam hal ini keamanan sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu
sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan
pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari
kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam
penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga
memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai
kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan
kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman,
merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia
digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini,
perlu ditekankan bahwa:
a.
Kebutuhan yang satu saat sudah
terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang.
b.
Pemuasaan berbagai kebutuhan
tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif
menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
c.
Berbagai kebutuhan tersebut
tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana
seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Maslow
menggambarkan manusia yang sudah mengaktualisasikan diri sebagai orang yang
sudah terpenuhi semua kebutuhannya dan melakukan apapun yang bisa mereka
lakukan, dengan mengidentifikasikan 15 ciri orang yang telah mengaktualisasikan
diri sebagai berikut:
a.
Memiliki persepsi akurat
tentang realitas.
b.
Menikmati pengalaman baru.
c.
Memiliki kecenderungan untuk
mencapai pengalaman puncak.
d.
Memiliki standar moral yang
jelas.
e.
Memiliki selera humor.
f.
Merasa bersaudara dengan semua
manusia.
g.
Memiliki hubungan pertemanan
yang erat.
h.
demokratis dalam menerima orang
lain.
i.
Membutuhkan privasi.
j.
Bebas dari budaya dan
lingkungan.
k.
Kreatif.
l.
Spontan.
m.
Lebih berpusat pada
permasalahan, bukan pada diri sendiri.
n.
Mengakui sifat dasar manusia.
o.
Tidak selalu ingin menyamakan
diri dengan orang lain.
Motivasi timbul
karena dua faktor, yaitu dorongan yang berasal dari dalam manusia (faktor
individual atau internal) dan dorongan yang berasal dari luar individu (faktor
eksternal). Faktor individual yang biasanya mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu adalah :
1. Minat
Seseorang akan
merasa terdorong untuk melakukan suatu kegiatan kalau kegiatan tersebut
merupakan kegiatan yang sesuai dengan minatnya. Seseorang karyawan yang
mempunyai minat yang tinggi ditandai dengan:
a.
Perasaan senang bekerja
b.
Kesesuaian bekerja sesuai
dengan keinginan
c.
Merasa sesuai dengan kebijakan
pimpinan
2. Sikap Positif
Seseorang yang
mempunyai sikap positif terhadap suatu kegiatan dengan rela ikut dalam kegiatan
tersebut, dan akan berusaha sebisa mungkin menyelesaikan kegiatan yang
bersangkutan dengan sebaik-baiknya. Seorang karyawan mempunyai sikap positif
terhadap pekerjaannya ditandai dengan:
a. Merasa senang apabila target yang diinginkan perusahaan terpenuhi
b. Mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan
c. Mempunyai disiplin kerja yang tinggi
3. Kebutuhan
Setiap orang
mempunyai kebutuhan tertentu dan akan berusaha melakukan kegiatan apapun asal
kegiatan tersebut bisa memenuhi kebutuhannya. Rangsangan berupa gaji atau upah,
bonus, intensif banyak menarik orang karena memberikan pengaruh terhadap
kepuasan seseorang diluar pekerjaan. Kepuasan-kepuasan yang ditimbulkan oleh
penerima gaji itu antara lain.
a. Gaji memungkinkan seseorang memenuhi kebutuhan fisik serta
keluarganya.
b. Gaji jika cukup besarnya mungkin dapat pula dipakai untuk membeli
kebutuhan lain yang bersifat sekunder.
c. Gaji sering pula dipandang sebagai simbol kekayaan.
d. Gaji juga menempatkan seseorang pada kedudukan yang tinggi dalam
status dan gengsi sosial.
2. Produktivitas Kerja
Pengertian Produktivitas
Produktivitas adalah tidak lebih dari sekedar ilmu
pengetahuan, teknologi, manajamen karena produktivitas mengandung pula falsafah
dan sikap mental yang selalu bermotivasi pada pengembangan diri menuju mutu
kehidupan hari esok yang lebih baik. Produktivitas juga diartikan sebagai
tingkatan efiensi dalam memproduksi barang dan jasa, produktivitas mengutarakan
cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang.
Setiap organisasi baik berbentuk perusahaan maupun
lainnya akan selalu berupaya agar para anggota atau pekerja yang terlibat dalam
kegiatan organisasi dapat memberikan prestasi dalam bentuk produktivitas kerja
yang tinggi untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.
Definisi produktivitas secara sederhana adalah hubungan
antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan untuk
mencapai hasil itu. Sedangkan secara umum adalah bahwa produktivitas merupakan
ratio antara kepuasan atas kebutuhan dan pengorbanan yang dilakukan.
Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo ( 1995: 281 )
produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil
(jumlah barang dan jasa) dengan sumber ( jumlah tenaga kerja, modal, tanah,
energi, dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.
Menurut Mukiyat ( 1998: 481 ) bahwa produktivitas kerja biasanya
dinyatakan dengan suatu imbangan dari hasil kerja rata-rata dalam hubungannya
dengan jam kerja rata-rata dari yang diberikan dengan proses tersebut.
Menurut Komarudin, produktivitas pada hakekatnya meliputi
sikap yang senantiasa mempunyai pandangan bahwa metode kerja hari ini harus
lebih baik dari metode kerja kemarin dan hasil yang dapat diraih esok harus
lebih banyak atau lebih bermutu daripada hasil yang diraih hari ini (Komarudin,
1992:121).
Sedangkan menurut Woekirno produktivitas adalah
kesadaran untuk menghasilkan sesuatu yang lebih banyak daripada yang telah atau
sedang berada dalam usahanya.
Bambang Kusriyanto (1993) juga memberikan pendapatnya
bahwa produktivitas merupakan nisbah atau ratio antara hasil kegiatan (output)
dan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut (input).
Menurut Sondang P Siagian, produktivitas kerja adalah
kemampuan memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang
tersedia dengan menghasilkan output yang optimal, kalau mungkin yang maksimal
(Sondang P Siagian, 1982:15).
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa di dalam
meningkatkan produktivitas kerja memerlukan sikap mental yang baik dari
pegawai, disamping itu peningkatan produktivitas kerja dapat dilihat melalui
cara kerja yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan dan hasil kerja yang
diperoleh. Sehingga dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam
produktivitas kerja terdapat unsur pokok yang merupakan kriteria untuk menilainya.
Ketiga unsur tersebut adalah unsur-unsur semangat kerja, cara kerja, dan hasil
kerja.
Unsur pertama dari produktivitas kerja adalah semangat
kerja dapat diartikan sebagai sikap mental para pegawai dalam melaksanakan
tugas-tugasnya, dimana sikap mental ini ditunjukan oleh adanya kegairahan dalam
melaksanakan tugas dan mendorong dirinya untuk bekerja secara lebih baik dan
lebih produktif. Sehingga apabila kondisi yang demikian dapat dijaga dan
dikembangkan terus menerus, tidak mustahil upaya untuk meningkatkan
produktivitas kerja akan dapat tercapai. Untuk menilai semangat kerja karyawan
dapat dilihat dari tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas pekerjaanya. Hal
ini sebagai mana dikemukakan oleh Alfred R. Lateiner dan LE. Lavine bahwa
“faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap semangat kerja yaitu kesadaran
akan tanggung jawab terhadap pekerjaanya” (Alfred R. Lateiner dan JE. Lavine,
1983: 57).
Unsur kedua dari produktivitas kerja adalah cara kerja
atau metode kerja. Cara atau metode kerja pegawai dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya dapat dilihat melalui kesediaan para pegawai untuk bekerja secara
efektif dan efisien.
Ukuran ketiga dari produktivitas kerja adalah hasil
kerja. Hasil kerja merupakan hasil yang diperoleh dari pekerjaan yang dilaksanakan
oleh karyawan. Hasil kerja yang diperoleh oleh pegawai merupakan prestasi kerja
pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hasil kerja ini dapat dilihat dari
jumlah atau frekuensi di atas standar yang ditetapkan. Hal ini menandakan bahwa
karyawan tersebut produktif di dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja Menurut Sukarna
(1993:41), produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a.
Kemampuan dan ketangkasan
karyawan.
b.
Managerial skill atau kemampuan
pimpinan perusahaan.
c.
Lingkungan kerja yang baik.
d.
Lingkungan masyarakat yang
baik.
e.
Upah kerja.
f.
Motivasi pekerja untuk meraih
prestasi kerja.
g.
Disiplin kerja karyawan.
h.
Kondisi politik atau keamanan,
dan ketertiban negara.
i.
Kesatuan dan persatuan antara
kelompok pekerja.
j.
Kebudayaan suatu negara.
k.
Pendidikan dan pengalaman
kerja.
l.
Kesehatan dan keselamatan
pekerja karyawan.
m.
Fasilitas kerja. Kebijakan dan
sistem administrasi perusahaan.
Pengukuran Produktivitas
Tingkat produktivitas kerja karyawan yang dapat diukur adalah :
a.
Penggunaan waktu kerja sebagai
alat ukur produktivitas kerja karyawan meliputi : Kecepatan waktu kerja,
Penghematan waktu kerja, Kedisiplinan waktu kerja, dan Tingkat absensi.
b.
Output yaitu hasil produksi karyawan
yang diperoleh sesuai produk yang diinginkan perusahaan. Pengukuran
produktivitas digunakan sebagai sarana untuk menganalisa dan mendorong dan
efisiensi produksi. Manfaat lain adalah untuk menentukan target dan kegunaan
praktisnya sebagai patokan dalam pembayaran upah karyawan
Alat pengukuran produktivitas karyawan perusahaan dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
a.
Physical productivity
Physical productivity adalah
produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran (Size) panjang, berat,
banyaknya unit, waktu dan banyaknya tenaga kerja.
b.
Value productivity
Value productivity adalah ukuran
produktivitas dengan menggunakan nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen,
won, dollar (J. Ravianto, 1986:21).
Pengukuran produktivitas ini mempunyai peranan yang
sangat penting untuk mengetahui produktivitas kerja sesuai dengan yang
diharapkan perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi pengukuran
produktivitas kerja yaitu penggunaan waktu dan hasil kerja.
Berdasarkan
pendapat di atas maka pengukuran produktivitas dapat dilihat dari dua komponen
yaitu:
a.
Efisiensi Kerja: Efisiensi
kerja karyawan dapat dilihat dari ketercapaian terget, ketepatan waktu,
ketepatan masuk kerja.
b.
Produksi: Produksi kerja yang
dihasilkan karyawan dapat dilihat dari kualitas, peningkatan setiap bulan dan
persentase kesesuaian dengan harapan perusahaan.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok yaitu :
1)
Yang menyangkut kualitas dan
kemampuan fisik karyawan
2)
Sarana pendukung
3)
Supra sarana
Manfaat Produktivitas
1. Manfaat mikro adalah :
Ø
Penurunan ongkos-ongkos per
unit
Ø
Peningkatan kontribusi pajak
dan pemerintah
Ø
Penghematan sumber-sumber daya
masukan
Ø
Menunjang hubungan kerja lebih
baik
Ø
Peningkatan kualitas produk
atau jasa yang dihasilkan
Ø
Peningkatan daya bayar dan
motivasi
2. Manfaat makro adalah :
Membuka kesempatan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui penghasilan dan penurunan
harga-harga dan jasa di pasar. Penghematan sumber daya alam. Perbaikan keadaan
kerja dan mutu hidup termasuk jam kerja yang perpendek.
Produktivitas
Kerja karyawan dapat dipengaruhi oleh seberapa faktor dianntaranya dengan
pemberian motivasi dapat berupa dorongan materi berupa pemberian
penghargaan,kenaikan pangkat,dorongan materil(upah) dll.
Pemberian
motivasi dapat membangkitkan semangat kerja seorang karyawan dalam mengerjakan
tugas demi meningkatkan mutu dan kualitas Karyawan mebutuhkan motivasi untuk
meningkatkan produktivitas kerja yang diharapkan. Motivasi yang berlebihan
malah akan menurunkan produktivitas kerja.
3. Pengaruh
Motivasi Diri Terhadap Produktivitas Kerja
Produktivitas merupakan suatu aspek yang penting bagi
perusahaan karena apabila tenaga kerja dalam perusahaan mempunyai kerja yang
tinggi, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan dan hidup perusahaan akan
terjamin. Untuk meningkatkan produktivitas kerja perlu adanya tenaga kerja yang
memiliki keterampilan dan keahlian bekerja, karena apabila tenaga kerja tidak
memiliki keahlian dan keterampilan akan berakibat menurunnya produktivitas dan
merugikan perusahaan. Produktivitas dipengaruhi berbagai faktor, baik yang
berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor lainnya,
seperti pendidikan, keterampilan, disiplin kerja, sikap, etika, manajemen,
motivasi kerja, teknologi, sarana, produksi, kesempatan kerja dan kesempatan
berprestasi serta lingkungan kerja yang mendukung (J. Ravianto, 1986:20).
Produktivitas yang tinggi dapat dicapai jika didukung
para karyawan yang mempunyai motivasi dan lingkungan kerja dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya. Motivasi dapat menimbulkan kemampuan bekerja serta
bekerja sama, maka secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas.
Sedangkan apabila motivasi karyawan lebih tinggi tetapi tidak didukung
lingkungan kerja yang nyaman untuk bekerja maka hasil produktivitas kerja tidak
baik.
Berdasarkan
teori tersebut di atas dapat diasumsikan bahwa dengan motivasi kerja
berpengaruh dalam peningkatan produktivitas kerja, sebaliknya dengan motivasi
kerja yang menurun juga akan berpengaruh terhadap penurunan produktivitas
kerja.