Rabu, 22 Februari 2017

Contoh Surat Lamaran Kerja

Sangatta, 13 Februari 2017

Hal : Permohonan Menjadi Tenaga Bantu
         Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kutai Timur

Kepada:
YTH Bapak Bupati Kutai Timur
cq. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Kutai Timur
di-
   Kutai Timur

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Lengkap                        : Abd. Malik
Tempat, Tanggal Lahir           : Sokang, 09 Juni 1995
Pendidikan Terakhir               : SMK
Umur                                       : 21 tahun
Tinggi Badan                          : 165 cm
Berat Badan                            : 60 Kg
Agama                                     : Islam
Alamat                                    : GG. Anggrek

Dengan ini mengajukan permohonan kepada Bapak untuk kiranya dapat menerima saya menjadi tenaga bantu Satuan Polisi Pamong Praja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Sebagai bahan pertimbangan Bapak, saya lampirkan beberapa berkas administrasi berikut:

1.      Daftar Riwayat Hidup
2.      Fotokopi Ijazah Terakhir
3.      Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
4.      Asli Kartu Pencari Kerja dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kutai Timur
5.      Fotokopi Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
6.      Asli Surat Keterangan Belum Menikah dari Kepala Desa
7.      Asli Surat Keterangan Sehat dari Rumah Sakit
8.      Pas Foto 3x4 3 Lembar

Demikianlah permohonan ini saya buat, besar harapan saya agar permohonan ini dapat dikabulkan. Atas perhatian dan pertimbangan dari Bapak, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,



Abd. Malik

9 Cara Mengurangi Lemak di Perut

  1. latihan kardio misalnya jalan cepat, lari cepat, jogging, senam aerobik, sit up, dan bersepeda serta fitness. Pemanasan angkat beban selama 10-20 menit. Kemudian berikutnya anda bisa latihan kardio.
  2. latihan Sepeda. Mulailah dengan posisi tidur telentang dengan meletakkan tangan di belakang kepala. Angkat lutut mendekati dada diarengi dengan mengangkat bahu dari lantai. Perlahan-lahan pertemukan siku kanan dengan lutut kiri, lakukan secara bergantian seperti anda sedang mengayuh sepede. Lakukan sebanyak 3 kali set dengan pengulangan di tiap setnya sebanyak 16 kali. Ulangi latihan sepeda ini setiap harinya guna membakar lemak di perut.
  3. Latihan Vertical Leg Crunch. Ambillah sebuh matras yang bersih, letakkan tubuh anda di atas matras dalam posisi terbaring. Setelah itu angkatlah kaki ke atas, kemudian letakkan kedua tangan anda di belakan kepala. setelah itu angkat keseluruhan tubuh dari kaki hingga punggung menyerupai gerakan sit up. tahan selam sepuluh detik. Gerakan ini hampir mirip dengan latihan sit up, namun latihan ini dilakukan dengan cara yang berbeda. ulangi beberapa kali hingga anda merasa lelah.
  4. Meminum teh hijau. 
  5. Mengkonsumsi vitamin C secara cukup 
  6. Mengkonsumsi protein dan mengurangi gula. 
  7. Melakukan diet yang sehat. Tips yang bisa anda lakukan untuk membantu proses diet yakni mengkonsumsi apel, kacang hijau dan minum teh hijau setiap hari. Dengan diimbangi olahraga dan makan makanan yang sehat serta cukup istirahat. 
  8. Minum banyak air putih. Minumlah segelas air putih 8 kali dalam sehari. Siapkan botol air putih kemanapun anda pergi dan minum setiap kali anda merasa haus. Anda juga tidak boleh mengkonsumsi alkohol, kurangi konsumsi minuman manis, soda dan minuman berkarbonasi. Trik yang lain adalah anda bisa meminum air putih sebelum sarapan atau sebelum makan. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan rasa lapar dan makan yang berlebihan. 
  9. Contoh buah-buahan yang dapat dikonsumsi: Semangka, pepaya, tomat, jamur, kacang almond, oats, pisang,apel, dan anggur

Peranan Statistika

1. Pengertian Statistika
Ilmu statistika sangat sering digunakan baik dalam kehidupan sehari-hari, dalam bisnis, dalam industri serta keseluruhan bidang dalam perekonomian. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan ilmu statistika untuk mengatur berapa jumlah pengeluaran kita yang disesuaikan dengan pendapatan yang kita peroleh, lalu memilih barang yang mana yang akan kita beli, dan lainnya yang pada akhirnya membutuhkan keputusan terbaik yang akan kita ambil. Begitu pula dengan bidang yang lainnya, membantu memutuskan keputusan yang harus diambil secara tepat.
Ditegaskan pula dari buku statistika ekonomi karangan Sri Mulyono (2003), bahwa dalam mempelajari statistika kita dibantu untuk menjelaskan hubungan antar variabel, membuat keputusan yang lebih baik, mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi dan membuat rencana serta ramalan.
2. Ruang Lingkup Statistika
Definisi dari statistika sendiri adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Dalam studi, statistika dibagi menjadi empat yaitu statistika deskriptif, teori probabilitas, analisa keputusan dan statistika inferensi.
a. Statistika deskriptif
Statistika deskriptif berhubungan dengan penggambaran (pendeskripsian) data baik secara numerik (rata-rata, standar deviasi, median, modus dan lainnya) atau grafis (dalam bentuk tabel dan grafik) sehingga data tersebut lebih mudah dibaca dan dimengerti.


b. Teori probabilitas
Probabilitas atau peluang adalah angka yang menunjukkan tingkat keyakinan tentang suatu peristiwa. Teori probabilitas akan digunakan apabila kita menggunakan statistik inferensial.
c. Analisa keputusan
Dalam mengambil keputusan, statistik berguna untuk menganalisa keputusan mana yang lebih baik akan diambil dan diterapkan.
d. Statistika inferensial
Statistik inferensial adalah pernyataan yang diambil dari sampel suatu populasi secara random untuk menggambarkan populasi yang sebenarnya. Istilah populasi yaitu seluruh elemen yang akan diteliti, sedangkan sampel yaitu bagian dari populasi.
3. Tahapan Dalam Menggunakan Ilmu Statistika
Dalam menyelesaikan permasalahan secara statistik harus digunakan pendekatan ilmiah yang terdiri dari beberapa tahap, diantaranya:
a. Mengidentifikasi persoalan
Pertama kali persoalan yang dihadapai harus dipahami dan didefinisikan dengan benar. Sering dilaporkan bahwa kesalahan kesimpulan studi disebabkan karena kesalahan mendefinisikan persoalan.
b. Pengumpulan fakta-fakta yang ada.
Data harus dikumpulkan dengan tepat dan selengkap mungkin serta berhubungan dengan persoalan yang dihadapi. Sumber data dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu eksternal dan internal, data internal dapat ditemukan pada bagian-bagian yang ada dalam suatu organisasi. Data eksternal misalnya data yang diperoleh dari publikasi pemerintah, jurnal berkala dan lain-lain.
c. Mengumpulkan data asli yang baru.
Seringkali data yang diperlukan tidak tersedia pada sumber-sumber yang ada, karena itu harus dikumpulkan sendiri.
d. Klasifikasi data
Setelah data dikumpulkan, tahap berikutnya adalah mengelompokkan fakta-fakta sesuai dengan tujuan studi. Mengidentifikasikan data-data berdasarkan kemiripan sifat-sifatnya dan menyusunnya ke dalam kelompok-kelompok dinamakan klasifikasi.
e. Penyajian data
Ringkasan informasi yang disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan ukuran-ukuran deskriptif seperti rata-rata dan dispersi, membantu analisis dalam menyampaikan hal-hal penting kepada pihak lain.
f. Analisis data
Jika data dikumpulkan dari sampel, maka berdasarkan ukuran-ukuran deskriptif yang telah dihitung dilakukan pendugaan nilai parameter populasi dan pengujian asumsi parameter atau ciri-ciri populasi. Kemudian analisis menafsirkan hasil pendugaan dan membuat kesimpulan atas hasil pengujian.
4. Peranan Statistik dalam Bidang Industri
statistika memiliki peranan penting dalam bidang industri. Salah satu peranannya adalah suatu analisa statistika dalam perusahaan. Analisa statistika di dalam perusahaan dapat digunakan dalam aspek produksi, pembelanjaan, investasi pemasaran dan administrasi.
Pada aspek produksi, meliputi statistika control agar dapat menerapkan standar kualitas produksi, pengawasan terhadap efisiensi kerja, terutama pada model produk – produk tertentu sehingga dapat dihitung waktu standar dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, uji terhadap metode produksi – produksi baru sehingga pimpinan perusahaan dapat mengambil keputusan apakah metode baru tersebut segera dilaksanakan atau tidak. Selanjutnya yaitu pada aspek pembelanjaan, investasi, dan pemasaran. Dalam aspek ini statistika digunakan dalam analisa bidang akutansi dan marketing yang berhubungan dengan biaya transportasi dan volume produksi serta perubahan harga.
Dengan mengetahui data stastistika dalam bidang-bidang tersebut dapat disimpulkan, pimpinan dalam mengambil keputusan mempunyai dasar yang kuat apakah indeks harga yang telah ditentukan perlu ditinjau ulang atau tidak serta yang lainnya.
Pada aspek emasaran dan administrasi, biasanya digunakan dalam menganalisa penjualan, supply and demand, sehingga pimpinan dapat memperoleh gambaran potensi kekuatan pasar yang akan datang, sehingga dapat menyesuaikan jumlah barang yang akan diproduksi dengan kekuatan pasar dan pekerja.
Hal – hal yang diteliti dalam bidang ini meliputi karakteristik konsumen, potensi pasar, baik untuk produksi ataupun daerah yang baru, mencari kurva supply and demand sehingga pimpinan dapat menentukan penetapan harga, tes -tes terhadap metode penjualan dan sebagainya. Sedangkan dalam aspek administrasi banyak digunakan untuk menganalisa efektifitas pekerja serta hubungan jam kerja dan efisiensi kerja dan lain sebagainya.
Dalam pengembangan IPTEK sering kita jumpai research, yang secara kasar dapat diartikan mencari kembali keterangan tentang sesuatu berdasarkan data – data yang diperoleh oleh peneliti baik data tersebut diperoleh dari keterangan yang telah lalu ataupun data tersebut diperoleh berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan.
Walaupun statistika dapat membantu pengembangan IPTEK bukan berarti kita akan cukup belajar statistika saja untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tertentu, tetapi seseoarang harus benar-benar memahami pengetahuan yang akan dikembangkan.
Seseorang tidak akan mencapai hasil yang baik jika hanya menguasai imu pengetahuannya saja tanpa mengimbangi dengan penguasaan ilmu statistik. Karena dengan menguasai kedua ilmu tersebut akan mempengaruhi keputusan terbaiknya.
Tentang kegunaannya terhadap seseorang yang mempelajari statistika ini tergantung kepada tujuan orang tersebut, apakah ada kaitannya untuk mengembangkan limu yang dia pelajari ataukah hanya ingin jadi pelaksana atau dengan kata lain jadi manager sebagai pengambil keputusan atau sebagai pekerja sebagai pelaksana tingkat bawah.

Teknik Pengambilan Sampel Non Probability Sampling
1. Sampling Sistematis
Systematic Sampling (Pengambilan Sampel secara Sistimatis) merupakan Alternatif lain pengambilan sampel yg sangat bermanfaat utk pengambilan sampel dari populasi yg sangat besar. Pengambilan sampel secara sistematis adalah suatu metode dimana hanya unsur pertama dari sampel yg dipilih secara acak sedang unsur-unsur selanjut dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu.
2. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah kuota terpenuhi, pengumpulan data dihentikan.
3. Sampling Insidental
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4. Sampling purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melekukan generalisasi.
5. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan sampel.
6. Snowball sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan purposive dan snowball sampling. 

Pengaruh Motivasi Diri Dalam meningkatkan Produktivitas Kerja

1. Motivasi
Pengertian Motivasi
Menurut Manullang (1980) motivasi kerja adalah suatu faktor yang mendorong karyawan untuk melakukan tindakan tertentu yang mengarah pada suatu tujuan tertentu. Proses timbulnya motivasi dimana orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannnya yang tidak terpenuhi, menyebabkan orang akan mencari jalan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kekurangan-kekurangannya. (Suwarto, 1991).
Menurut As’ad (1987) motivasi adalah keinginan seseorang yangmendorong untuk beraktivitas karena berharap akan membawa pada keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sekarang. Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja keras demi tercapainya tujuan yang diinginkan serta menggunakan keahlian dan kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya (Mc. Clelland dalam Gibson,dkk:1990).
Motivasi kerja merupakan pemberian gaya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang bekerja agar efektif dan terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai kepuasan (Winardi:2000). Motivasi dapat mempengaruhi dalam melakukan sesuatu yang diinginkan atau melaksanakan tugas sesuai aturannya (Martoyo:2004).
Pengembangan karir sangat dibutuhkan, baik oleh individu maupun organisasi karena pengembangan karir yang sudah ada dapat membawa asil yang memuaskan. Individu yang memiliki kesempatan akan Pengembangan karir akan cenderung melakukan pekerjaan dengan senang ati, tanpa beban dan sungguh-sungguh, yang pada gilirannya memotivasi kerja individu yang bersangkutan. Motivasi bukanlah suatu yang dapat diamati dan diukur secara langsung, tetapi dapat disimpulkan dari perilaku yang tampak. Sedangkan menurut T. R. Mitchell (1982) seperti dikutip Kreiner dan Kinicki (2000), motivasi adalah proses-proses psikologis yang meningkatkan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan.
Jadi Motivasi adalah suatu proses untuk mempengaruhi atau mendorong seseorang agar melakukan sesuatu yang diingikan berdasarkan harapan sehingga sesuatu pekerjaan dapat terselesaikan secara efektif dan efisien.
Dari definisi diatas, maka motivasi dapat didefinisikan sebagai masalah yang sangat penting dalam setiap usaha kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi, masalah motivasi dapat dianggap simpel karena pada dasarnya manusia mudah dimotivasi, dengan memberikan apa yang diinginkannya. Masalah motivasi, dianggap kompleks, karena sesuatu dianggap penting bagi orang tertentu.
Faktor-faktor yang menimbulkan motivasi kerja (Yuliasari:2005) :
1.       Dorongan material (misal: uang, barang)
2.       Kesempatan untuk mendapatkan kehormatan (misal: prektise, upah,
3.       imbalan dan kuasa perorangan)
4.       Syarat-syarat pekerjaan yang diinginkan (misal: lingkungan bersih dan tenang)
5.       Kebanggaan akan pekerjaan (baik untuk keluarga maupun orang lain)
6.       Kesenangan individu dalam hubungan sosial dan organisasi Karyawan turut serta dalam sebagian kegiatan-kegiatan yang penting dalam perusahaan.
Adapun model motivasi dibagi menjadi tiga yaitu:
Model Tradisional Menurut Fredyck Taylor, bahwa para menajer mendorong atau memotivasi para pekerja agar lebih banyak berproduksi dengan cara memberikan imbalan berupa upah atau gaji yang semakin meningkat.
Model Hubungan Manusia Elton Mayo dan peneliti hubungan manuasi lainnya bahwa kontrakkontrak sosial atau hubungan kemanusiaan dengan karyawan
Model Sumber Daya Manusia Bahwa para pekerja termotivasi oleh banyak faktor, tidak hanya uang atau keinginan untuk berprestasi dan mendapat pekerjaan yang berarti.
Teori Kepuasan
Teori ini memusatkan pada faktor-faktor didalam individu yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan dan menghentikan perilaku. Mereka mencoba untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan spesifik yang memotivasi orang. Terori ini memusatkan diri pada kebutuhan individu didalam menjelaskan kepuasan kerja, perilaku kerja dan sistem imbalan. Teori ini menyatakan, bahwa defisiensi kebutuhan didalam diri individu memacu suatu respon perilaku.
Prestasi Kerja
Manusia sebagai karyawan yang menjadi sumber daya manajemen yang sangat penting harus dapat dimanfaatkan secara cermat, efektif dan utuh. Oleh karena itu, perusahaan mengupayakan agar tenaga kerja yang ada dapat bekerja sesuai dengan bidang dan keahliannya. Suatu perusahaan akan berjalan lancar apabila para karyawan ikut serta dalam meningkatkan perusahaan dan tentunya perusahaan akan berusaha memberikan atau memenuhi kebutuhan para karyawan yang ikut serta memajukan perusahaan.
Penjelasan mengenai konsep motivasi manusia menurut Abraham Maslow mengacu pada lima kebutuhan pokok yang disusun secara hirarkis, yaitu:
a.  Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Merupakan kebutuhan pada tingkat yang paling bawah. Kebutuhan ini merupakan salah satu dorongan yang kuat pada diri manusia, karena merupakan kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Bagi karyawan, kebutuhan akan gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah dan fasilitas lainnya seperti rumah, kendaraan dll. menjadi motif dasar dari seseorang mau bekerja efektif dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi bagi organisasi.
b.  Kebutuhan akan Rasa Aman (Security Needs)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat kedua. Seseorang mempunyai harapan untuk dapat memenuhi standar hidup yang dianggapnya wajar. Kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya, jabatan-nya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai karyawan. Dia dapat bekerja dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan dan wewenangnya.
c.  Kebutuhan Sosial (Social Needs)
Kebutuhan sosial ini sering juga disebut kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, atau kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok tertentu. Kebutuhan akan diikutsertakan, mening-katkan relasi dengan pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa kebersamaan termasuk adanya sense of belonging dalam organisasi.
d.  Kebutuhan akan Harga Diri atau Martabat (Esteem Needs)
Kebutuhan pada tingkat keempat adalah kebutuhan akan harga diri atau martabat. Termasuk juga kebutuhan akan status dan penghargaan. Kebutuhan akan kedudukan dan promosi dibidang kepegawaian. Seseorang mempunyai kecenderungan untuk dipandang bahwa mereka adalah penting, bahwa apa yang mereka lakukan ada artinya, bahwa mereka mempunyai kontribusi pada lingkungan sekitarnya.
e. Kebutuhan untuk Mewujudkan Diri (Self Actualization Needs)
Kebutuhan ini merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan ini antara lain perasaan bahwa pekerjaan yang dilakukannya adalah penting, dan ada keberhasilan atau prestasi yang ingin dicapai. Setiap orang ingin mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini merupakan kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan (kebolehannya) dan seringkali nampak pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang. Dalam motivasi kerja pada tingkat ini diperlukan kemampuan manajemen untuk dapat mensinkronisasikan antara cita diri dan cita organisasi untuk dapat melahirkan hasil produktivitas organisasi yang lebih tinggi.
Menurut Maslow (1943), kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut muncul dalam hirarki yang berbeda. Teori Maslow secara mutlak menunjukkan perwujudan diri sebagai pemenuhan (pemuasan) kebutuhan yang bercirikan pertumbuhan dan pengembangan individu. Perilaku yang ditimbulkannya dapat dimotivasikan oleh manajer dan diarahkan sebagai subjek-subjek yang berperan. Dorongan yang dirangsang ataupun tidak, harus tumbuh sebagai subjek yang memenuhi kebutuhannya masing-masing yang harus dicapainya dan sekaligus selaku subjek yang mencapai hasil untuk sasaran-sasaran organisasi.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah hierarki dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga.
Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua, dalam hal ini keamanan sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa:
a.       Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang.
b.       Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
c.       Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Maslow menggambarkan manusia yang sudah mengaktualisasikan diri sebagai orang yang sudah terpenuhi semua kebutuhannya dan melakukan apapun yang bisa mereka lakukan, dengan mengidentifikasikan 15 ciri orang yang telah mengaktualisasikan diri sebagai berikut:
a.       Memiliki persepsi akurat tentang realitas.
b.       Menikmati pengalaman baru.
c.       Memiliki kecenderungan untuk mencapai pengalaman puncak.
d.       Memiliki standar moral yang jelas.
e.       Memiliki selera humor.
f.        Merasa bersaudara dengan semua manusia.
g.       Memiliki hubungan pertemanan yang erat.
h.       demokratis dalam menerima orang lain.
i.         Membutuhkan privasi.
j.         Bebas dari budaya dan lingkungan.
k.       Kreatif.
l.         Spontan.
m.     Lebih berpusat pada permasalahan, bukan pada diri sendiri.
n.       Mengakui sifat dasar manusia.
o.       Tidak selalu ingin menyamakan diri dengan orang lain.

Motivasi timbul karena dua faktor, yaitu dorongan yang berasal dari dalam manusia (faktor individual atau internal) dan dorongan yang berasal dari luar individu (faktor eksternal). Faktor individual yang biasanya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu adalah :
1. Minat
Seseorang akan merasa terdorong untuk melakukan suatu kegiatan kalau kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sesuai dengan minatnya. Seseorang karyawan yang mempunyai minat yang tinggi ditandai dengan:
a.       Perasaan senang bekerja
b.       Kesesuaian bekerja sesuai dengan keinginan
c.       Merasa sesuai dengan kebijakan pimpinan
2. Sikap Positif
Seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap suatu kegiatan dengan rela ikut dalam kegiatan tersebut, dan akan berusaha sebisa mungkin menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan dengan sebaik-baiknya. Seorang karyawan mempunyai sikap positif terhadap pekerjaannya ditandai dengan:
a. Merasa senang apabila target yang diinginkan perusahaan terpenuhi
b. Mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan
c. Mempunyai disiplin kerja yang tinggi
3. Kebutuhan
Setiap orang mempunyai kebutuhan tertentu dan akan berusaha melakukan kegiatan apapun asal kegiatan tersebut bisa memenuhi kebutuhannya. Rangsangan berupa gaji atau upah, bonus, intensif banyak menarik orang karena memberikan pengaruh terhadap kepuasan seseorang diluar pekerjaan. Kepuasan-kepuasan yang ditimbulkan oleh penerima gaji itu antara lain.
a. Gaji memungkinkan seseorang memenuhi kebutuhan fisik serta keluarganya.
b. Gaji jika cukup besarnya mungkin dapat pula dipakai untuk membeli kebutuhan lain yang bersifat sekunder.
c. Gaji sering pula dipandang sebagai simbol kekayaan.
d. Gaji juga menempatkan seseorang pada kedudukan yang tinggi dalam status dan gengsi sosial.
2. Produktivitas Kerja
Pengertian Produktivitas
Produktivitas adalah tidak lebih dari sekedar ilmu pengetahuan, teknologi, manajamen karena produktivitas mengandung pula falsafah dan sikap mental yang selalu bermotivasi pada pengembangan diri menuju mutu kehidupan hari esok yang lebih baik. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efiensi dalam memproduksi barang dan jasa, produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang.
Setiap organisasi baik berbentuk perusahaan maupun lainnya akan selalu berupaya agar para anggota atau pekerja yang terlibat dalam kegiatan organisasi dapat memberikan prestasi dalam bentuk produktivitas kerja yang tinggi untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.
Definisi produktivitas secara sederhana adalah hubungan antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil itu. Sedangkan secara umum adalah bahwa produktivitas merupakan ratio antara kepuasan atas kebutuhan dan pengorbanan yang dilakukan.
Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo ( 1995: 281 ) produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang dan jasa) dengan sumber ( jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energi, dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.
Menurut Mukiyat ( 1998: 481 ) bahwa produktivitas kerja biasanya dinyatakan dengan suatu imbangan dari hasil kerja rata-rata dalam hubungannya dengan jam kerja rata-rata dari yang diberikan dengan proses tersebut.
Menurut Komarudin, produktivitas pada hakekatnya meliputi sikap yang senantiasa mempunyai pandangan bahwa metode kerja hari ini harus lebih baik dari metode kerja kemarin dan hasil yang dapat diraih esok harus lebih banyak atau lebih bermutu daripada hasil yang diraih hari ini (Komarudin, 1992:121).
Sedangkan menurut Woekirno produktivitas adalah kesadaran untuk menghasilkan sesuatu yang lebih banyak daripada yang telah atau sedang berada dalam usahanya.
Bambang Kusriyanto (1993) juga memberikan pendapatnya bahwa produktivitas merupakan nisbah atau ratio antara hasil kegiatan (output) dan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut (input).
Menurut Sondang P Siagian, produktivitas kerja adalah kemampuan memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal, kalau mungkin yang maksimal (Sondang P Siagian, 1982:15).
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa di dalam meningkatkan produktivitas kerja memerlukan sikap mental yang baik dari pegawai, disamping itu peningkatan produktivitas kerja dapat dilihat melalui cara kerja yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan dan hasil kerja yang diperoleh. Sehingga dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam produktivitas kerja terdapat unsur pokok yang merupakan kriteria untuk menilainya. Ketiga unsur tersebut adalah unsur-unsur semangat kerja, cara kerja, dan hasil kerja.
Unsur pertama dari produktivitas kerja adalah semangat kerja dapat diartikan sebagai sikap mental para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dimana sikap mental ini ditunjukan oleh adanya kegairahan dalam melaksanakan tugas dan mendorong dirinya untuk bekerja secara lebih baik dan lebih produktif. Sehingga apabila kondisi yang demikian dapat dijaga dan dikembangkan terus menerus, tidak mustahil upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja akan dapat tercapai. Untuk menilai semangat kerja karyawan dapat dilihat dari tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas pekerjaanya. Hal ini sebagai mana dikemukakan oleh Alfred R. Lateiner dan LE. Lavine bahwa “faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap semangat kerja yaitu kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaanya” (Alfred R. Lateiner dan JE. Lavine, 1983: 57).
Unsur kedua dari produktivitas kerja adalah cara kerja atau metode kerja. Cara atau metode kerja pegawai dalam melaksanakan tugas pekerjaannya dapat dilihat melalui kesediaan para pegawai untuk bekerja secara efektif dan efisien.
Ukuran ketiga dari produktivitas kerja adalah hasil kerja. Hasil kerja merupakan hasil yang diperoleh dari pekerjaan yang dilaksanakan oleh karyawan. Hasil kerja yang diperoleh oleh pegawai merupakan prestasi kerja pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hasil kerja ini dapat dilihat dari jumlah atau frekuensi di atas standar yang ditetapkan. Hal ini menandakan bahwa karyawan tersebut produktif di dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja Menurut Sukarna (1993:41), produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a.       Kemampuan dan ketangkasan karyawan.
b.       Managerial skill atau kemampuan pimpinan perusahaan.
c.       Lingkungan kerja yang baik.
d.       Lingkungan masyarakat yang baik.
e.       Upah kerja.                             
f.        Motivasi pekerja untuk meraih prestasi kerja.
g.       Disiplin kerja karyawan.
h.       Kondisi politik atau keamanan, dan ketertiban negara.
i.         Kesatuan dan persatuan antara kelompok pekerja.
j.         Kebudayaan suatu negara.
k.       Pendidikan dan pengalaman kerja.
l.         Kesehatan dan keselamatan pekerja karyawan.
m.     Fasilitas kerja. Kebijakan dan sistem administrasi perusahaan.
Pengukuran Produktivitas
Tingkat produktivitas kerja karyawan yang dapat diukur adalah :
a.       Penggunaan waktu kerja sebagai alat ukur produktivitas kerja karyawan meliputi : Kecepatan waktu kerja, Penghematan waktu kerja, Kedisiplinan waktu kerja, dan Tingkat absensi.
b.       Output yaitu hasil produksi karyawan yang diperoleh sesuai produk yang diinginkan perusahaan. Pengukuran produktivitas digunakan sebagai sarana untuk menganalisa dan mendorong dan efisiensi produksi. Manfaat lain adalah untuk menentukan target dan kegunaan praktisnya sebagai patokan dalam pembayaran upah karyawan

Alat pengukuran produktivitas karyawan perusahaan dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a.       Physical productivity
Physical productivity adalah produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran (Size) panjang, berat, banyaknya unit, waktu dan banyaknya tenaga kerja.
b.       Value productivity
Value productivity adalah ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, won, dollar (J. Ravianto, 1986:21).
Pengukuran produktivitas ini mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengetahui produktivitas kerja sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi pengukuran produktivitas kerja yaitu penggunaan waktu dan hasil kerja.
Berdasarkan pendapat di atas maka pengukuran produktivitas dapat dilihat dari dua komponen yaitu:
a.       Efisiensi Kerja: Efisiensi kerja karyawan dapat dilihat dari ketercapaian terget, ketepatan waktu, ketepatan masuk kerja.
b.       Produksi: Produksi kerja yang dihasilkan karyawan dapat dilihat dari kualitas, peningkatan setiap bulan dan persentase kesesuaian dengan harapan perusahaan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok yaitu :
1)      Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan
2)      Sarana pendukung
3)      Supra sarana
Manfaat Produktivitas
1. Manfaat mikro adalah :
Ø  Penurunan ongkos-ongkos per unit
Ø  Peningkatan kontribusi pajak dan pemerintah
Ø  Penghematan sumber-sumber daya masukan
Ø  Menunjang hubungan kerja lebih baik
Ø  Peningkatan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan
Ø  Peningkatan daya bayar dan motivasi

2. Manfaat makro adalah :
Membuka kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui penghasilan dan penurunan harga-harga dan jasa di pasar. Penghematan sumber daya alam. Perbaikan keadaan kerja dan mutu hidup termasuk jam kerja yang perpendek.
Produktivitas Kerja karyawan dapat dipengaruhi oleh seberapa faktor dianntaranya dengan pemberian motivasi dapat berupa dorongan materi berupa pemberian penghargaan,kenaikan pangkat,dorongan materil(upah) dll.
Pemberian motivasi dapat membangkitkan semangat kerja seorang karyawan dalam mengerjakan tugas demi meningkatkan mutu dan kualitas Karyawan mebutuhkan motivasi untuk meningkatkan produktivitas kerja yang diharapkan. Motivasi yang berlebihan malah akan menurunkan produktivitas kerja.
3. Pengaruh Motivasi Diri Terhadap Produktivitas Kerja
Produktivitas merupakan suatu aspek yang penting bagi perusahaan karena apabila tenaga kerja dalam perusahaan mempunyai kerja yang tinggi, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan dan hidup perusahaan akan terjamin. Untuk meningkatkan produktivitas kerja perlu adanya tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan keahlian bekerja, karena apabila tenaga kerja tidak memiliki keahlian dan keterampilan akan berakibat menurunnya produktivitas dan merugikan perusahaan. Produktivitas dipengaruhi berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor lainnya, seperti pendidikan, keterampilan, disiplin kerja, sikap, etika, manajemen, motivasi kerja, teknologi, sarana, produksi, kesempatan kerja dan kesempatan berprestasi serta lingkungan kerja yang mendukung (J. Ravianto, 1986:20).
Produktivitas yang tinggi dapat dicapai jika didukung para karyawan yang mempunyai motivasi dan lingkungan kerja dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Motivasi dapat menimbulkan kemampuan bekerja serta bekerja sama, maka secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas. Sedangkan apabila motivasi karyawan lebih tinggi tetapi tidak didukung lingkungan kerja yang nyaman untuk bekerja maka hasil produktivitas kerja tidak baik.
Berdasarkan teori tersebut di atas dapat diasumsikan bahwa dengan motivasi kerja berpengaruh dalam peningkatan produktivitas kerja, sebaliknya dengan motivasi kerja yang menurun juga akan berpengaruh terhadap penurunan produktivitas kerja.